Tubuh. Jiwa dan Roh/Tubuh dan Jiwa
Apakah Manusia Terdiri Dari Tubuh, Jiwa dan Roh atau Tubuh dan Jiwa?
Apakah manusia terdiri dari sesuatu yang bersifat material dan sesuatu yang bersifat spiritual telah dilakukan sejak lama, seperti yang dilakukan oleh Plato, Aristoteles, dll. untuk mengerti kodrat manusia.
Dalam hal ini, para teolog kristen terbagi menjadi dua, yaitu dichotomy dan trichotomy. Yang menganut pengertian dichotomy berpendapat bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa dan Trichotomi mengatakan bahwa manusia terdiri dari: tubuh (body), jiwa (soul / psyche), dan roh (spirit / pneuma). Konsep trichotomy – yang diajarkan oleh Plato, gnostics, manichaeans, apollinarians, dan pada jaman modern ini diajarkan oleh Gunter – ditolak oleh Gereja Katolik. (Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma (Tan Books & Publishers, 1974), p.96-97).
Kita tidak dapat mengatakan bahwa dua-duanya benar, karena ke-dua konsep tersebut berbeda. Mari kita melihat satu-persatu dari teori ini dari Alkitab.
I. Mengapa Gereja Katolik mengajarkan dichotomy:
1) Dalam Alkitab kata “jiwa” dan “roh” sering dipakai bergantian, seperti: Yoh 12:27 “Sekarang jiwa-Ku terharu (my soul troubled) dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” Yoh 13:21 “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu (He was troubled in spirit), lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Para ahli Alkibab mengatakan bahwa contoh di atas merupakan “Hebrew parallelism“, yang merupakan cara menyatakan ide secara puitis, dimana ide yang sama diulang dengan memakai kata yang berbeda. Sebagai contoh Lk 1:46-47 “46 Lalu kata Maria: “Jiwaku (soul) memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku (spirit) bergembira karena Allah, Juruselamatku,”
2) Kej 2:7 “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas (spirit) hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (living soul).” Kalau memang manusia terdiri dari tiga bagian, mengapa dalam kisah penciptaan, manusia diceritakan dibentuk dari debu tanah (sesuatu yang bersifat material, dalam hal ini menjadi tubuh) dan nafas hidup (sesuatu yang bersifat non-material/spiritual)? Di sini tidak dikatakan bahwa setelah ada dua unsur (debu tanah dan nafas hidup), maka manusia mempunyai jiwa, namun dikatakan bahwa: manusia menjadi mahluk yang hidup (living soul). Living soul dalam hal ini adalah “the whole man“, yang terdiri dari tubuh dan jiwa.
Jadi, apa yang membuat manusia menjadi mahluk yang hidup? debu tanah dan nafas hidup atau tubuh dan jiwa spiritual, yang membentuk kehidupan manusia, yang membuat manusia adalah manusia dengan kodrat yang ada saat ini. Karena jiwa spiritual ini diciptakan oleh Tuhan (lih. Kej 2.7) dengan menghembuskan nafas, maka jiwa yang bersifat immaterial ini adalah immortal / abadi.
3) Mt 10:28 mengatakan “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Membunuh dan membinasakan jiwa dan tubuh di sini bukannya berarti membuat tubuh dan jiwa lenyap, namun membuat tubuh dan jiwa mengalami penderitaan abadi di neraka.
4) Lebih lanjut 1 Kor 5:3; 7:34 mengatakan “3 Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku–sama seperti aku hadir–telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu. 34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.”
II. Menyanggah teori trichotomy:
1) Ib 4:12 “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Perhatikan bahwa rasul Paulus membandingkan antara jiwa-roh dan sendi-sendi-sumsum dan pertimbangan-pikiran. Secara sekilas, kita akan melihat bahwa jiwa dan roh adalah dua hal yang berbeda, namun kalau kita melihat perbandingan setara, maka rasul Paulus membandingkan jiwa dan roh seperti sendi-sendi dan sumsum, dimana sumsum dan sendi adalah satu kesatuan; atau pertimbangan dan pikiran, di mana orang tidak dapat membuat pertimbangan tanpa adanya pemikiran maupun sebaliknya. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa jiwa dan roh adalah satu hal yang satu, karena jiwa kita bersifat spiritual.
2) 1 Thes 5:23 “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Seperti yang diterangkan di atas, ini ayat ini adalah “Hebrew parallelism“, untuk menekankan sesuatu dengan menggunakan kata yang berbeda. Kita melihat di Mk 12:30 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kalau kita menggunakan logika trichotomy, maka kita akan melihat bahwa manusia bukan hanya terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh, namun juga hati.
3) Secara definisi, jiwa adalah “the principle of life” dan jiwa adalah bersifat immaterial/spiritual. Kalau memang roh terpisah dari jiwa dan juga bersifat spiritual, maka seolah-olah ada dua immaterial yang berbeda, dalam satu tubuh. Dan akan sulit membayangkan ada 2 immaterial di dalam 1 material (tubuh). Pertanyaannya adalah siapa yang menciptakan jiwa (bersifat immaterial) dan siapakah yang menciptakan roh (bersifat immaterial). Karena immaterial lebih tinggi tingkatannya dari material dan yang rendah tidak dapat menciptakan yang lebih tinggi, maka jiwa (dan atau) roh tidak dapat diciptakan oleh tubuh yang bersifat material.
III. Pengajaran Resmi Gereja Katolik tentang manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa (KGK 362-367).
KGK 362
Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.
KGK 363
Dalam Kitab Suci istilah jiwa sering berarti kehidupan manusia (Bdk. Mat 16:25-26; Yoh 15:13.) atau seluruh pribadi manusia (Bdk. Kis 2:41.). Tetapi ia berarti juga unsur terdalam pada manusia (Bdk. Mat 26:38; Yoh 12:27.), yang paling bernilai padanya (Bdk. Mat 10:28; 2 Mak 6:30.), yang paling mirip dengan citra Allah: “Jiwa” adalah prinsip hidup rohani dalam manusia.
KGK 364
Tubuh manusia mengambil bagian pada martabat keberadaan “menurut citra Allah”: ia adalah tubuh manusiawi karena ia dijiwai oleh jiwa rohani. Pribadi manusiawi secara menyeluruh sudah ditentukan menjadi kenisah Roh dalam Tubuh Kristus (Bdk. 1 Kor 6:19-20; 15:44-45.). “Manusia, yang satu jiwa maupun raganya, melalui kondisi badaniahnya sendiri menghimpun unsur-unsur dunia jasmani dalam dirinya, sehingga melalui dia unsur-unsur itu mencapai tarafnya tertinggi, dan melambungkan suaranya untuk dengan bebas memuliakan Sang Pencipta. Oleh karena itu manusia tidak boleh meremehkan hidup jasmaninya; tetapi sebaliknya, ia wajib memandang baik serta layak dihormati badannya sendiri, yang diciptakan oleh Allah dan harus dibangkitkan pada hari terakhir” (GS 14, 1).
KGK 365
Kesatuan jiwa dan badan begitu mendalam, sehingga jiwa harus dipandang sebagai “bentuk” badan , artinya jiwa rohani menyebabkan, bahwa badan yang dibentuk dari materi menjadi badan manusiawi yang hidup. Dalam manusia, roh dan materi bukanlah dua kodrat yang bersatu, melainkan kesatuan mereka membentuk kodrat yang satu saja.
KGK 366
Gereja mengajarkan bahwa setiap jiwa rohani langsung diciptakan Allah (Bdk. Pius XII. Ens. “Humani generis” 1950: DS 3896; SPF 8.) – ia tidak dihasilkan oleh orang-tua – dan bahwa ia tidak dapat mati (Bdk. Konsili Lateran V 1513: DS 1440.): ia tidak binasa, apabila pada saat kematian ia berpisah dari badan, dan ia akan bersatu lagi dengan badan baru pada hari kebangkitan.
KGK 367
Kadang kata jiwa dibedakan dengan roh. Santo Paulus berdoa demikian: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus” (1 Tes 5:23). Gereja mengaiarkan bahwa perbedaan ini tidak membagi jiwa menjadi dua (Bdk. Konsili Konstantinopel IV, 870: DS 657.). Dengan “roh” dimaksudkan bahwa manusia sejak penciptaannya diarahkan kepada tujuan adikodratinya (Bdk. Konsili Vatikan 1: DS 3005; GS 22,5.) dan bahwa jiwanya dapat diangkat ke dalam persekutuan dengan Allah (Bdk. Pius XII, Ens. “Humani generis” 1950: DS 3891). karena rahmat.
Komentar
Posting Komentar